TIRULAH SIFAT MERPATI
K.H. Busro, pengasuh pondok
Pesanteren Miftahul Anam, mendapat tugas agar menyampaikan nasihat ketika putri
tungal Haji Mas Arifin Martodilogo, mantan pesilat dari desa Sendang Limo, akan
menikah alias berumah tangga.
Dalam nasihatnya, Kiai
Busro mengibaratkan orang berumah tangga itu seperti sepasang Binatang.
Para Hadirin tampak
senyum–senyum kecil. Namun kedua mempelai yang sedang bersanding tampak merah
wajahnya karena malu. Mereka menganggap Kiai telah telah menyamakan mereka
dengan sepasang binatang yang berkasih mesra.
Kiai itu melanjutkan
Mau’idzah-nya , “ ini hanya ibarat. Ibarat itu kan tidak sebenarnya, hanya
semacam perlambang .”
Lalu dua mempelai yang
tadinya tersenyum kecut itu kini saling berpandangan gembira.
“Umpama,” kata Kiai Busro,
“dua merpati terbang lalu bertengger pada sebatang pohon rindang, keduanya
mengumpulkan ranting dan daun-daun pohon yang sudah kering, mengangkatnya
bersama-sama menuju suatu tempat yang terpilih. Daun-daun dan rumput kering
disusun dengan rapi dan cermat sehingga terbentuklah sarang yang cukup kuat
untuk tempat bertelurnya merpati betina”.
“itulah teknologi terapan
ala merpati. Jadi, merpati juga mempunyai iptek,” lanjut kiai menyelingi humor
sembari tertawa segar.
“ Sedangkan, kesabaran
membuat sarang adalah Imtaknya (Iman dan Taqwa) merpati. Sang jantan menunggui
si betina yang sedang bertelur sambil bersenandung. Apabila betinanya
meninggalkan sarangnya untuk mencari makan, sang jantan menggantikannya
mengerami telur-telurnya. Kadang mereka juga bersama-sama mengerami
telur-telurnya itu. “ papar Kiai melanjutkan ceritanya soal merpati.
“itulah hubungan erat
memberi, dan menerima, sama-sama merasakan susah, sedih, senang dan gembira.
Perbuatan yang di contohkan merpati tadi sepatutnya ditiru kita manusia,”
tuturnya.
Lalu
Kiai melanjutkan perumpamaannya, “Tapi jangan meniru ayam. Baru bertelur
sebutir saja, seluruh desa mengetahuinya karena sang jantan dan betina berkotek
bersama dengan suara keras.”
“Jangan
juga meniru bebek ,” ucapnya. “Karena bebek bertelur dimana-mana, tidak
ditempat tertentu. Jangan bersifat sebagai manusia yang tidak menentu
tempatnya,” imbuhnya.
0 Response to "HUMOR SUFI DALAM CERITA " TIRULAH SIFAT BURUNG MERPATI" "
Post a Comment