Gus Sauki ( Putra KMA) dengan K. Muhammad Umar dan Wong NU Kertajati
Saaat Pertemuan di Desa Salagedang Sukahaji Malam Minggu kemarin
SANG KIAI
Penampilannya bersahaja. Surban dan sarung menjadi ciri
khasnya. Senyumnya hangat. Gaya bicaranya tenang. Kadang disisipi istilah Arab
yang ia ambil dari tradisi kuat pemahaman kitab-kitab pesantren. Itulah sosok
KH. Ma’ruf Amin.
Saat beliau ditunjuk Pak Jokowi menjadi calon wakil presiden
untuk mendampinginya, banyak pihak meragukan kapasitasnya. Banyak yang tak
yakin Kiai berumur 76 tahun itu akan bisa mengimbangi Pak Jokowi yang lincah,
yang kerap datang dengan pemikiran-pemikiran yang inovatif.
Saat debat Cawapres tiba, bahkan pendukung Jokowi ‘degdegan’
apakah KMA akan bisa mengimbangi Sandi Uno yang muda, energik, lulusan luar
negeri? Apakah KMA yang ‘tua’ akan mampu berdebat, mengemukakan visi serta
pikirannya?
Nyatanya, di luar dugaan, Kiai Ma’ruf tampil luar biasa.
Banyak mata yang terbelalak menyaksikannya. Baru tahu ternyata Sang Kiai
sehebat itu: Pikirannya jernih, bicaranya terstruktur, gagasan-gagasannya
segar. Kiai Ma’ruf bukan hanya menguasai persoalan, ia mampu menghadirkan
gagasan sesuai konteks yang tepat. KMA langsung ke jantung persoalan, tepat
sasaran, clean and cut.
Pemahamannya kuat soal konsep dan implementasi kebijakan.
Kiai Ma’ruf lincah meliuk-liuk dari soal ekonomi-kesejahteraan hingga
kesehatan. Ia paham pentingnya ‘infrastruktur bumi’ maupun ‘infrastruktur
langit’. Ia Secara jenaka ia mengajak DUDI berkolaborasi, kemudian meletakkan
soal riset di konteks yang benar. Ia bicara perlundungan warga, komitmen untuk
menjadikan Indonesia bersaing di konteks global, tapi tak melupakan kearifan
lokal. Singkatnya, KMA tampil luar bisasa!
Banyak yang belum tahu Kiai Ma’ruf adalah sosok pembelajar
yang tangguh. Ketika ia baru berusia 15 tahun, KMA sudah mengamati pemilu 1955.
Masa remajanya dihabiskan dari organisasi ke organisasi. Daya pikir kritisnya
teruji, retorikanya matang. Tak heran ia banyak mengisi posisi strategis di
banyak organisasi penting.
Sang Kiai yang Anda lihat bukanlah Kiai biasa. Bukan sekadar
sosok faqih yang faham ilmu agama, hingga ia menjadi ketua umum MUI Pusat,
memimpin ulama se-Nusantara. Lebih dari itu, KMA adalah kiai pemikir sekaligus
organisatoris.
Ia meletakkan dasar-dasar implementasi ekonomi syariah di
Indonesia. Ia menjadi anggota dewan pertimbangan presiden di masa SBY. Ia berpengalaman
duduk di kursi parlemen sebagai wakil rakyat. Dan ia juga menjadi tokoh penting
di organisasi Islam terbesar di dunia, Nahdlatul Ulama (NU).
Benar, itulah Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin, cawapres yang sangat
mumpuni dengan pengalaman dan penguasaan keilmuan lintas disiplin. Jika Anda
melihat bagaimana primanya KMA di debat malam ini, Anda memang tak perlu kaget.
Anda melihat kristal dari pengalaman dan pemikiran yang diasah dalam waktu yang
panjang.
0 Response to "Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin, Cawapres Yang Sangat Mumpuni Dengan Pengalaman dan Penguasaan Keilmuan Lintas Disiplin"
Post a Comment