Anies
Baswedan telah resmi maju sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta 2017-2022 bersama
pasangannya Calon Wakil Gubernur Sandiaga Uno Pada putaran ke-2 yang akan datang setelah unggul dari pasangan Agus dan Silvi, Anis dan Uno diusung oleh partai Gerindra dan
PKS. Berikut profil Anies Rasyid Baswedan Ph.D
Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia ke-29
Masa jabatan
27 Oktober 2014 – 27 Juli 2016
Didahului oleh Mohammad Nuh
Digantikan oleh Muhajir Effendy
Masa jabatan
27 Oktober 2014 – 27 Juli 2016
Didahului oleh Mohammad Nuh
Digantikan oleh Muhajir Effendy
Rektor
Universitas Paramadina ke-2
Masa jabatan
15 Mei 2007 – 6 Januari 2015
Didahului olehSohibul Iman
(Sebagai Pejabat Rektor)
Digantikan olehFirmanzah
Informasi pribadi
Masa jabatan
15 Mei 2007 – 6 Januari 2015
Didahului olehSohibul Iman
(Sebagai Pejabat Rektor)
Digantikan olehFirmanzah
Informasi pribadi
Lahir:
7 Mei 1969 (umur 47) di Kuningan, Jawa Barat, Indonesia
Kebangsaan: Indonesia
Istri: Fery Farhati Ganis
Anak: Mutiara Annisa Baswedan
Mikail Azizi Baswedan
Kaisar Hakam Baswedan
Ismail Hakim Baswedan
Kebangsaan: Indonesia
Istri: Fery Farhati Ganis
Anak: Mutiara Annisa Baswedan
Mikail Azizi Baswedan
Kaisar Hakam Baswedan
Ismail Hakim Baswedan
Alma
mater:
Universitas Gadjah Mada
University of Maryland, College Park
Universitas Gadjah Mada
University of Maryland, College Park
Pekerjaan:
Akademisi
Agama: Islam
Media sosial
Situs webwww.aniesbaswedan.com
Agama: Islam
Media sosial
Situs webwww.aniesbaswedan.com
Anies
Rasyid Baswedan, Ph.D, (lahir di Kuningan, Jawa Barat, 7 Mei 1969; umur 47
tahun[1]) adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia ke-26 di
Kabinet Kerja yang menjabat sejak 26 Oktober 2014 sampai 27 Juli 2016.
Dalam
pertengahan periode Kabinet, Ia digantikan oleh Muhadjir Effendy, Rektor
Universitas Muhammadiyah Malang dalam perombakan Kabinet 27 Juli 2016. Ia
adalah seorang intelektual dan akademisi asal Indonesia.
Ia
merupakan cucu dari pejuang kemerdekaan Abdurrahman Baswedan. Ia menginisiasi
gerakan Indonesia Mengajar dan menjadi rektor termuda yang pernah dilantik oleh
sebuah perguruan tinggi di Indonesia pada tahun 2007, saat menjadi Rektor
Universitas Paramadina pada usia 38 tahun.
Menjelang
pemilihan umum Presiden Indonesia 2014, ia ikut mencalonkan diri menjadi calon
presiden lewat konvensi Partai Demokrat.
Anies
dilahirkan di Kuningan, Jawa Barat pada tanggal 7 Mei 1969 dari pasangan Rasyid
Baswedan dan Aliyah Rasyid. Anies mulai mengenyam bangku pendidikan pada usia 5
tahun. Saat itu, ia bersekolah di TK Masjid Syuhada. Menginjak usia enam tahun,
Anies masuk ke SD Laboratori, Yogyakarta.[2]
Setelah
lulus SD, Anies diterima di SMP Negeri 5 Yogyakarta.[3] Dia bergabung dengan
Organisasi Siswa Intra Sekolah di sekolahnya, dan menduduki jabatan sebagai
pengurus bidang humas yang dijuluki sebagai “seksi kematian,” karena tugasnya
mengabarkan kematian.[4] Anies juga pernah ditunjuk menjadi ketua panitia tutup
tahun di SMP-nya.[5]
Lulus
dari SMP, Anies meneruskan pendidikannya di SMA Negeri 2 Yogyakarta. Dia tetap
aktif berorganisasi hingga terpilih menjadi Wakil Ketua OSIS,[5], dan mengikuti
pelatihan kepemimpinan bersama tiga ratus orang Ketua OSIS se-Indonesia.
Hasilnya, Anies terpilih menjadi Ketua OSIS se-Indonesia pada tahun 1985.[5]
Pada
tahun 1987, dia terpilih untuk mengikuti program pertukaran pelajar AFS dan
tinggal selama setahun di Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat.[3] Program ini
membuatnya menempuh masa SMA selama empat tahun dan baru lulus pada tahun 1989.
Sekembalinya
ke Yogyakarta, Anies mendapat kesempatan berperan di bidang jurnalistik. Ia
bergabung dengan program Tanah Merdeka di Televisi Republik Indonesia cabang
Yogyakarta, dan mendapat peran sebagai pewawancara tetap tokoh-tokoh
nasional.[5]
Masa
kuliah
UGM
(1989-1995)
Anies
diterima masuk di Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Dia
tetap aktif berorganisasi, bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam dan
menjadi salah satu anggota Majelis Penyelamat Organisasi HMI UGM.[7]
Di
fakultasnya, Anies menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa dan ikut membidani
kelahiran kembali Senat Mahasiswa UGM setelah pembekuan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Dia terpilih menjadi Ketua Senat Universitas pada
kongres tahun 1992,[7], dan membuat beberapa gebrakan dalam lembaga
kemahasiswaan.
Anies
membentuk Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai lembaga eksekutif memosisikan
senat sebagai lembaga legislatif, yang disahkan oleh kongres pada tahun 1993.
Masa
kepemimpinannya juga ditandai dengan dimulainya gerakan berbasis riset, sebuah
tanggapan atas tereksposnya kasus BPPC yang menyangkut putra Presiden Soeharto,
Hutomo Mandala Putra.[7] Anies turut menginisiasi demonstrasi melawan penerapan
Sistem Dana Sosial Berhadiah pada bulan November 1993 di Yogyakarta.[8]
Pada
tahun 1993, Anies mendapat beasiswa dari untuk JAL Foundation untuk mengikuti
kuliah musim panas di Sophia University, Tokyo dalam bidang kajian Asia.
Beasiswa ini ia dapatkan setelah memenangkan sebuah lomba menulis mengenai
lingkungan.[9]
Amerika
Serikat (1997-2005)
Setelah
lulus kuliah, Anies bekerja di Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi UGM,
sebelum mendapat beasiswa Fulbright dari AMINEF untuk melanjutkan kuliah
masternya dalam bidang keamanan internasional dan kebijakan ekonomi di School
of Public Affairs, University of Maryland, College Park pada tahun 1997. Ia
juga dianugerahi William P. Cole III Fellow di universitasnya, dan lulus pada
bulan Desember 1998.[10]
Sesaat
setelah lulus dari Maryland, Anies kembali mendapatkan beasiswa untuk
melanjutkan kuliahnya dalam bidang ilmu politik di Northern Illinois University
pada tahun 1999. Dia bekerja sebagai asisten peneliti di Office of Research,
Evaluation, and Policy Studies di kampusnya, dan meraih beasiswa Gerald S.
Maryanov Fellow, penghargaan yang hanya diberikan kepada mahasiswa NIU yang
berprestasi dalam bidang ilmu politik pada tahun 2004.[5]
Disertasinya
doktoralnya yang berjudul Regional Autonomy and Patterns of Democracy in
Indonesia menginvestigasi efek dari kebijakan desentralisasi terhadap daya
respon dan transparansi pemerintah daerah serta partisipasi publik, menggunakan
data survei dari 177 kabupaten/ kota di Indonesia.[10] Dia lulus pada tahun
2005.
Karier
Dalam
berbagai kesempatan, Anies Baswedan selalu mengatakan ada tiga hal yang ia
jadikan pedoman dalam memilih karier. Apakah secara intelektual dapat tumbuh,
apakah masih dapat menjalankan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga,
apakah mempunyai pengaruh sosial.[11]
Peneliti
Pusat Antar-Universitas Studi Ekonomi UGM
Selesai
program Strata 1 (S1) di Fakultas Ekonomi UGM, Anies Baswedan sempat berkarier
sebagai peneliti dan koordinator proyek di Pusat Antar-Universitas Studi
Ekonomi UGM. Kariernya di sana tak berlangsung lama, sebab pada 1996 ia
mendapatkan beasiswa program master ke Amerika Serikat.
Manajer
Riset IPC, Inc, Chicago
Selesai
mengambil kuliah doktor pada 2004, karena tidak memiliki uang untuk kembali ke
tanah air, Anies sempat bekerja sebagai manajer riset di IPC, Inc. Chicago,
sebuah asosiasi perusahaan elektronik sedunia.
Kemitraan
Untuk Reformasi Tata Kelola Pemerintahan
Ia
kemudian bergabung dengan Kemitraan untuk Reformasi Tata Kelola Pemerintahan
sebuah lembaga non-profit yang berfokus pada reformasi birokrasi di beragam
wilayah di Indonesia dengan menekankan kerjasama antara pemerintah dengan
sektor sipil. Hal ini tentu saja tak lepas dari kepeduliannya terhadap
demokrasi, otonomi daerah dan desentralisasi seperti tertuang dalam disertasi
dan artikel-artikelnya di beragam jurnal dan media.
Direktur
Riset Indonesian Institute Center
Ia
kemudian menjadi direktur riset The Indonesian Institute. Ini merupakan lembaga
penelitian kebijakan publik yang didirikan pada Oktober 2004 oleh aktivis dan
intelektual muda yang dinamis. Kariernya di The Indonesian Institute tentu tak
lepas dari latar belakang pendidikannya di bidang kebijakan publik.[12]
Rektor
Universitas Paramadina
Pada
15 Mei 2007, Anies Baswedan menemui momen penting dalam kariernya. Ia dilantik
menjadi Rektor Universitas Paramadina, menggantikan posisi yang dulu ditempati
oleh cendekiawan Muslim, Nurcholish Madjid atau biasa disapa dengan Cak Nur,
yang juga merupakan pendiri universitas tersebut.
Dilantiknya Anies menjadi rektor membuatnya tercatat sebagai rektor termuda di Indonesia, dimana saat itu usianya baru menginjak 38 tahun.[13][14]
Dilantiknya Anies menjadi rektor membuatnya tercatat sebagai rektor termuda di Indonesia, dimana saat itu usianya baru menginjak 38 tahun.[13][14]
Anies
terkesan dengan pidato Joseph Nye, Dekan Kennedy School of Government di
Harvard University, yang mengatakan salah satu keberhasilan universitasnya
adalah “admit only the best” alias hanya menerima yang terbaik. Dari sinilah
Anies kemudian menggagas rekrutmen anak-anak terbaik Indonesia.
Strategi
yang kemudian dikembangkan Anies Baswedan adalah mencanangkan Paramadina
Fellowship atau beasiswa Paramadina. Beasiswa itu meliputi biaya kuliah, buku,
dan biaya hidup. Paramadina Fellowship adalah perwujudan idealisme dengan
bahasa bisnis. Hal ini dilakukan karena kesadaran bahwa dunia pendidikan dan
bisnis memiliki pendekatan yang berbeda.
Untuk
mewujudkan itu Anies mengadopsi konsep penamaan mahasiswa yang sudah lulus
seperti yang biasa digunakan di banyak Universitas di Amerika Utara dan Eropa.
Caranya, titel seorang lulusan universitas tersebut mencantumkan nama
sponsornya.
Misalnya
jika seorang mahasiswa mendapatkan dana dari Mien R. Uno (seorang pendonor)
maka mahasiswa tersebut diwajibkan menggunakan titel Paramadina Mien R. Uno
fellow.
Strategi
Paramadina Fellowship ini menunjukkan dampak yang sangat positif. Kini bahkan
25% dari sekitar 2000 mahasiswa Universitas Paramadina berasal dari beasiswa
ini. Tentu ini sumbangsih penting bagi dunia pendidikan Indonesia di tengah
mahalnya biayanya pendidikan tinggi.[11]
Gebrakan
lain yang dilakukan oleh Anies Baswedan di universitas yang ia pimpin adalah
pengajaran anti korupsi di bangku kuliah. Hal ini didasari karena Anies
menganggap bahwa salah satu persoalan bangsa ini adalah praktik korupsi. Karena
itu ia berinisiatif membuat mata kuliah wajib anti korupsi. Yang diajarkan
dalam mata kuliah ini mulai kerangka teoritis sampai laporan investigatif
tentang praktik korupsi.[12]
Ketua
Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar
Gagasan
ini sebenarnya berawal ketika Anies Baswedan masih menjadi mahasiswa UGM
sekitar dekade 1990-an. Pada masa itu, ia bergaul dan belajar banyak dari seorang
mantan rektor UGM periode 1986-1990: Prof. Dr. Koesnadi Hardjasoemantri (Pak
Koes).
Pada
tahun 1950an, Pak Koes menginisiasi sebuah program bernama Pengerahan Tenaga
Mahasiswa (PTM), yakni sebuah program untuk mengisi kekurangan guru SMA di
daerah, khususnya di luar Jawa.
Dalam
beberapa kasus, PTM ini justru mendirikan SMA baru dan pertama di sebuah kota
kabupaten. Pak Koes adalah inisiator sekaligus salah satu dari 8 orang yang
menjadi angkatan pertama PTM ini. Dia berangkat ke Kupang dan bekerja di sana
selama beberapa tahun.
Sepulangnya
dari Kupang, ia mengajak serta 3 siswa paling cerdas untuk kuliah di UGM. Salah
satunya adalah Adrianus Mooy yang di kemudian hari menjadi Gubernur Bank
Indonesia. Cerita penuh nilai dari PTM inilah salah satu sumber inspirasi bagi
Indonesia Mengajar.
Selepas
dari UGM, Anies Baswedan mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah di Amerika
Serikat. Tinggal, belajar dan bekerja di sana membuatnya memahami bahwa
anak-anak Indonesia membutuhkan kompetensi kelas dunia untuk bersaing di
lingkungan global.
Tetapi,
kompetensi kelas dunia saja tak cukup. Anak-anak muda Indonesia harus punya
pemahaman empatik yang mendalam seperti akar rumput meresapi tanah tempatnya
hidup. Semua proses di atas, secara perlahan membentuk ide besar Gerakan
Indonesia Mengajar.
Konstruksi
dasarnya mulai terumuskan pada pertengahan 2009. Ketika itu, Anies
mendiskusikan dan menguji idenya pada berbagai pihak. Gagasan ini kemudian siap
mewujud ketika beberapa pihak berkenan menjadi sponsor.
Proses
untuk mendesain dan mengembangkan konsep Indonesia Mengajar pun dimulai pada
akhir 2009, dengan membentuk tim kecil yang kemudian berkembang hingga menjadi
organisasi seperti sekarang ini. Sampai saat ini pun, Anies Baswedan merupakan
salah satu pendiri dan juga Ketua Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar.
Peserta
Konvensi Capres Partai Demokrat
Setelah
bertahun-tahun bergelut dalam gerakan sosial, Anies Baswedan terpanggil untuk
memasuki dunia politik. Ia diundang untuk terlibat mengurus negeri dengan
mengikuti konvensi Demokrat pada 27 Agustus 2013. Anies menerima undangan
tersebut dengan ikhtiar untuk ikut melunasi Janji Kemerdekaan.[15]
Anies
Baswedan bersama 11 orang lainnya; Ali Masykur Musa, Dahlan Iskan, Dino Patti
Djalal, Endriartono Sutarto, Gita Wirjawan, Hayono Isman, Irman Gusman, Marzuki
Alie, Pramono Edhie Wibowo dan Sinyo Harry Sarundajang mengikuti Konvensi Calon
Presiden dari Partai Demokrat[16].
Semangat
melunasi janji kemerdekaan itulah yang merupakan misi Anies untuk negeri ini.
Bagi Anies apa yang tercantum di Pembukaan UUD 1945 bukan sebuah cita-cita
melainkan sebuah janji yang harus dilunasi. “Janji itu adalah melindungi,
menyejahterakan, mencerdaskan, dan membuat keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia,” ujarnya.
Ia
menilai janji-janji tersebut harus dilunasi oleh seluruh warga negara, termasuk
dirinya. Ia meyakini konvensi ini sebagai sebuah panggilan tanggung jawab dan
kehormatan. Ia mengatakan bahwa dirinya memilih untuk terlibat dan turun tangan
melunasi janji kemerdekaan.[17]
Sikap
Anies tersebut dinyatakan secara resmi dalam deklarasi Konvensi Partai Demokrat
pada 15 September 2013 di Hotel Sahid Jaya, Jakarta. Dalam kesempatan tersebut
ia mendeklarasikan sebuah gagasan yang diberi judul “Indonesia Kita Semua”.
Gagasan
tersebut mengajak semua orang untuk ikut terlibat mengurus negeri, ikut turun
tangan.[18] Gagasan ini ia buktikan dengan membuat Gerakan TurunTangan yang
dalam setahun berhasil mengumpulkan lebih dari 30.000 relawan tanpa
bayaran.[19]
Debat
Konvensi
Sebagai
bentuk kedewasaan politik, Anies yang bukan kader Demokrat, mengikuti seluruh
rangkaian Konvensi sampai selesai. Beberapa rangkaian konvensi antara lain
adalah Debat Bernegara Konvensi Partai Demokrat, yang diadakan antara lain di:
Debat
Konvensi di Medan
Dalam
debat perdana yang digelar di Istana Maimun, Medan (22/1/2014), Anies
mengungkapkan beberapa inisiatif. Salah satunya adalah idenya untuk merelokasi
kantor BUMN ke daerah-daerah. Menurutnya distribusi pertambahan ekonomi harus
merata. Relokasi BUMN adalah salah satu caranya.[20]
Pada
kesempatan ini Anies juga menorehkan sejarah politik bersih dengan didukung
oleh relawan-relawan tanpa bayaran dan tidak mengotori kota dengan
spanduk-spanduk. Relawan ini merupakan Relawan TurunTangan yang mendukung Anies
untuk menjadi presiden. Anies terus melanjutkan tradisi ini sampai berakhirnya
konvensi.[21]
Debat
Konvensi di Palembang
Gelaran
debat konvensi yang kedua dilakukan di Palembang Sport Convention Center,
Palembang (25/1/2014). Dalam debat kedua tersebut Anies menekankan pembangunan
dan pemerataan ekonomi sampai ke desa. Ia menekankan bahwa pemerataan ekonomi
bisa tercapai jika pembangunan infrastruktur di desa seperti listrik, jalan
serta irigasi dapat dibangun dengan baik.[22]
Debat
Konvensi di Bandung
Dalam
debat ketiga konvensi di Hotel Harris, Bandung (5/2/2014) Anies mengungkapkan
konsep kepemimpinan yang akan ia usung. Menurutnya konsep kepemimpinan yang pas
adalah konsep kepemimpinan seperti main angklung, artinya setiap orang terlibat
turun tangan dan pemimpin menggerakkan dan membuat harmoni.[23]
Debat
Konvensi di Surabaya
Anies
mengungkapkan beberapa gagasan pada debat di Grand Mall, Surabaya (12/2/2014).
Ia menyikapi siaran televisi yang kurang mendidik. Menurutnya yang bisa
dilakukan adalah meminta para sponsor untuk berhenti menyokong acara tersebut.
Dengan begitu menurutnya acara yang muncul nantinya adalah acara-acara yang
berkualitas.[24]
Sebelum
pelaksanaan debat, Anies juga meluncurkan strategi politiknya yang ia namakan
dengan “Indonesia 1945”. Angka 1945 sendiri merupakan akronim dari 1 semangat,
9 pekerjaan, 4 janji kemerdekaan, dalam 5 tahun. Strategi politik itu adalah
ikhtiar Anies untuk ikut melunasi janji kemerdekaan yang telah disusun oleh
para pendiri republik ini.[25]
Debat
Konvensi di Bali
Anies
berfokus pada masalah kesehatan saat melakukan debat di Hotel Aston, Bali
(18/2/2014). Menurutnya anggaran kesehatan Bali harus dinaikkan karena saat ini
hanya anggaran kesehatan per kapita hanya sebesar Rp 20.000, – yang tergolong
sangat kecil. Faktor kesehatan ini harus jadi fokus utama dalam pembangunan di
Bali.[26]
Selain
soal kesehatan Anies juga menilai yang patut menjadi perhatian adalah sektor
pariwisata. Anies mengusulkan agar kredit untuk usaha pariwisata dapat
dipermudah sehingga dapat mengembangkan industri ini.[27]
Debat
Konvensi di Balikpapan
Dalam
debat yang dilaksanakan di Balikpapan (22/2/2014) Anies banyak menyoroti
masalah perbatasan. Menurutnya ada tiga kunci pokok dalam permasalahan
perbatasan. Pertama, harus sadar di manapun berada sama dekatnya dengan di
Indonesia. Kedua, pastikan saudara kita yang berada di perbatasan juga
tercukupi kebutuhannya. Ketiga, gabungan antara transportasi, pendidikan, dan
kesehatan. Menurutnya tiga kunci itu penting untuk masalah perbatasan di
Indonesia.[28]
Debat
Konvensi di Bogor
Anies
kembali menegaskan komitmennya untuk peningkatan kualitas manusia dalam debat
di Puri Begawan, Bogor (2/3/2014). Menurut Anies kunci kemajuan bangsa ada pada
kualitas manusianya. Dalam debat ini ia juga menekankan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat dan meningkatkan aktivitas padat karya.
Debat
Konvensi di Makassar
Dalam
debat yang dilaksanakan di Makassar (5/3/2014) Anies menegaskan komitmennya
untuk mereformasi lembaga penegak hukum. Menurutnya ada beberapa langkah yang
bisa dilakukan untuk mewujudkan reformasi di tubuh lembaga hukum. Yang utama
adalah mengembalikan kepercayaan masyarakat pada lembaga penegak hukum dengan
menempatkan orang-orang baik dan berkompeten pada lembaga-lembaga tersebut.[29]
Debat
Konvensi di Ambon
Anies
mengemukakan empat gagasan untuk Maluku dalam sebat konvensi yang dilakukan di
Islamic Center, Ambon (11/3). Pertama, dibangun infrastruktur transportasi.
Kedua, pengadaan listrik di semua pulau di Maluku. Ketiga, pastikan akses
kredit pada usaha mikro. Keempat, pengembangan manajemen artinya pengembangan
kualitas manusianya.[30]
Debat
Konvensi di Jakarta
Rangkaian
debat konvensi ditutup dengan debat di Sahid Hotel, Jakarta (27/4/2014). Dalam
kesempatan ini Anies menegaskan kembali bahwa keikutsertaannya mengikuti
konvensi Demokrat adalah ikhtiar untuk ikut turun tangan ikut melunasi Janji
Kemerdekaan.[31]
Penggagas
Gerakan TurunTangan
Anies
Baswedan mendirikan Gerakan TurunTangan sebagai sebuah ikhtiar mengajak semua
orang terlibat melunasi janji kemerdekaan. TurunTangan mengajak semua orang
untuk ikut terlibat mengurus negeri ini dengan mendorong orang baik mengelola
pemerintahan. Gerakan ini didirikan Anies pada Agustus 2013 dengan semangat
gerakan kerelawanan tanpa bayaran. Sampai Juli 2014, relawan yang berhasil
dikumpulkan sebanyak 35.000 lebih relawan.[32]
TurunTangan
banyak bergerak di kegiatan sosial politik. Gerakan ini mendorong anak-anak
muda di seluruh Indonesia untuk berpartisipasi aktif dalam gerakan politik.
TurunTangan didukung oleh sebuah platform online yang beralamat di turuntangan.org. Ini adalah
platform pertama berbasis gerakan relawan.
Platform
ini membantu relawan mencari, mengumpulkan, dan menggerakkan para sukarelawan
di lokasi di seluruh Indonesia atau berdasarkan keahlian masing-masing. Sistem
pengelolaan relawan ini juga didukung melalui e-mail dan SMS untuk mengundang
para sukarelawan aktif dalam pelatihan sukarelawan di berbagai daerah.[33]
Berbeda
dengan gerakan lain, TurunTangan tak hanya sekadar mendorong Anies namun juga
menciptakan sebuah politik yang sehat. Dalam kampanye pilpres misalnya
TurunTangan terus mendorong agar masyarakat kritis dalam menyikapi pilihan yang
ada. Gerakan ini juga mendorong agar kampanye dilakukan secara sehat tanpa ada
kampanye hitam. Hal ini misalnya dilakukan oleh TurunTangan wilayah Bandung
yang mengajak para simpatisan capres-cawapres di Pilpres 2014 melakukan
kampanye sehat.[34]
Selengkapnya:
0 Response to "FROFIL TOKOH MENGENAL LEBIH DEKAT " Anis Rasyid Baswedan, Ph.D " SEMOGA DAPAT MENJADI INSFIRASI DAN MOTIVASI DIRI "
Post a Comment