KUNJUNGAN TUBAGUS NANANG AZHAR, S.H KE KERATON KASEPUHAN DI KOTA CIREBON

6 Misteri Keraton Kasepuhan Cirebon yang Tak Banyak Diketahui


Kunjungan dalam proses pelurusan Sejarah tentang Tanah Wewengkon di Kertajati



KERATON Kasepuhan adalah salah satu keraton terbesar dan tertua di Cirebon, Jawa Barat. Luasnya mencapai 25 hektare yang dikelilingi oleh pagar batu bata merah.
Di dalamnya terdapat berbagai benda-benda pusaka yang merupakan peninggalan zaman dahulu. Di balik kemegahannya, ada beberapa fakta yang mungkin tidak banyak orang yang tahu.

1. Keraton Kasepuhan bukan nama sejak awal

Kompleks yang kini dikenal dengan Keraton Kasepuhan bukanlah nama awalnya. Keraton ini dulunya diberi nama Dalem Agung Pakungwati. Keraton dibangun pada tahun 1430 oleh Pangeran Walangsungsang yang merupakan anak dari Prabu Siliwangi.
Tujuan dibangunnya keraton ini adalah untuk anak perempuannya yang bernama Pakungwati. Yang unik adalah keraton ini dikelilingi oleh batu bata merah yang ditumpuk dan direkatkan dengan campuran putih telur, getah aren, dan kapur sirih.
Ada suatu kepercayaan yang menyebutkan bahwa pagar yang dibagun seluas 25 hektare ini hanya dibangun dalam satu malam.

2. Kereta Kencana Singa Barong

Kendaraan yang pernah berjaya di masanya kini terpajang di Museum Pusaka Keraton Kasepuhan. Kereta kencana yang dibuat pada tahun 1549 ini istimewa karena merupakan hasil perpaduan tiga kebudayaan dan agama. Jika diperhatikan, kereta ini memiliki tiga unsur kebudayaan dan agama yang berbeda.
Belalainya seperti gajah, melambangkan persahabatan Cirebon dengan negara India yang berkebudayaan dan kepercayaan Hindu. Wajahnya seperti naga, simbol persahabatan dengan negara Tiongkok yang berkebudayaan dan kepercayaan Buddha. Sayap dan badannya diambil dari bentuk kesenian Islam, burok, sebagai simbol persahabatan dengan negara Mesir yang berkebudayaan dan kepercayaan serta peradaban Islam.
"Ini gabungan dari tiga kebudayaan, tiga agama, tiga peradaban yang menyatu," kata Raden Muhammad Hafid Permadi, Wakil Kepala Bagian Benda-benda Cagar Budaya. Hafid merupakan generasi ketujuh dari sultan keempat.

 

3. Sumur tujuh mata air

Ada satu sumur unik yang berada di kompleks Keraton Kasepuhan, yakni disebut Sumur Tujuh. Sumur ini dialiri oleh tujuh mata air yang berbeda. Masing-masing mata air memiliki warna yang berbeda, di antaranya merah, kuning, hitam, hijau, keruh, dan cokelat.
Meskipun begitu, pada akhirnya air dari dalam sumur ini tetap terlihat bening dan aman untuk digunakan. "Biasanya banyak yang pakai untuk nujuh bulanan, bangun rumah, jodoh, dan kesembuhan penyakit," ujar Nono, seorang pemandu wisata.

4. Pohon soka langka

Tanaman soka biasanya hanya menjadi tanaman pemanis di pekarangan yang tumbuhnya tidak terlalu besar. Tapi, tanaman soka satu ini berbeda karena bisa tumbuh menjadi sebuah pohon yang langka.
Pohon soka ini sudah berusia ratusan tahun dan masih hidup sampai sekarang. Di bawahnya terdapat sumur yang dinamakan Sumur Upas (Soka) yang kini sudah ditutup karena menjadi beracun.

5. Sumur Kejayaan

Ada satu kawasan yang tidak boleh dimasuki oleh perempuan yang disebut Sumur Kejayaan. Kawasan ini ditutup oleh pintu kayu dengan beberapa papan peringatan di depannya.
Di dalam kawasan ini terdapat petilasan Sunan Gunung Jati dan Pangeran Walangsungsang. Serta ada Sumur Kejayaan, sumur yang debit airnya sedikit namun tidak pernah habis diambil oleh ribuan orang.
 http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2018/02/08/5-misteri-keraton-kasepuhan-cirebon-yang-tak-banyak-diketahui-419163

6. Tanah Wewengkon ( Hak Turun temurun)

penulis pernah mengikuti semua perjalanan tentang tanah wewengkon yang ada di Kertajati, intinya bahwa Keraton kasepuhn masih berupaya dengan sekut tenaga untuk mengebalikan pada riwayat sejarah dengan tidak terjadi kerugian di pihak manapun, sehingga penulis menyatakan bahwa tanah wewengkon (tanak hak turun temurun Keraton kasepuhan maih menjadi misteri) yang harus di ketahui untuk runut sejarah.


0 Response to "KUNJUNGAN TUBAGUS NANANG AZHAR, S.H KE KERATON KASEPUHAN DI KOTA CIREBON"

Post a Comment